Kepercayaan asli orang Nias sebelum masuknya agama adalah kepercayaan animisme dan dinamisme, serta kepercayaan terhadap adanya dewa besar yang merajai dewa-dewa yang lain.
Menurut kepercayaan di Nias pada masa itu, seseorang yang meninggal rohnya tetap hidup dan bertempat tinggal dimana-mana. Roh tersebut dapat mendatangkan sakit kepada manusia. Untuk menjauhkan diri dari hal itu, seorang dukun (Ere) melepas seekor ayam putih yang masih hidup di bawah pohon, pecahan periuk diletakkan dibawahnya agar roh yang ada di pohon (saho, bela) menjauhkan mereka dari mala petaka.
Pada masa dulu ada juga kebiasaan yang terdapat pada sebagian masyarakat Nias yaitu memenggal kepala orang. Memotong kepala orang dalam kepercayaan di Nias mempunyai dua pengertian:
- Pengertian dinamisme; pemenggalan dilakukan untuk menambah kekuatan gaib bagi orang yang melakukannya, kepala yang di potong ini digantungkan pada dinding di samping bagian tirisan atap rumahnya.
- Pengertian animisme; kepala yang dipenggal diletakkan di samping kuburan seorang Tuhenori, Salawa atau Balugu sebagai pendampingnya di dunia arwah.
Adapun setelah agama Kristen masuk istilah Lowalangi diartikan sebagai Tuhan. Istilah ini sebenarnya sudah ada sebelum agama masuk. Lowalangi sebenarnya nama salah seorang dewa dalam kepercayaan orang Nias pada masa lalu. Dewa ini tidak merusak atau merugikan, tapi hanya mengawasi dan juga membantu manusia. Oleh karena itu dewa Lowalangi ini tidak begitu ditakuti.
Sumber tulisan:
Drs. Suady Husin: Suatu Tinjauan Tentang Ada Perkawinan dan Warisan Pada Masyarakat Islam di Nias Pesisir, Fakultaks Ilmu Sosial IKIP Medan Tahun 1976.
No comments:
Post a Comment